Rabu, 26 April 2017, 05:53
Aktivis Perempuan Dunia Apresiasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia
Cirebon (Kemenag) --- Sejumlah ulama perempuan
Indonesia berkumpul di Cirebon untuk menggelar Kongres Ulama Perempuan
Indonesia (KUPI). Kongres yang diselenggarakan di Pesantren Babakan
Ciwaringin Cirebon ini merupakan KUPI yang pertama.
Sebelumnya, dalam rangkaian KUPI, Kementerian Agama menyelenggarakan 'International Seminar on Womens Ulama'
di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kegiatan ini diselenggarakan bekerjasama
dengan Panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), dan AMAN (The
Asian Muslim Action Network).
Ratusan aktivis perempuan dari 15
Negara hadir dalam seminar ini. Mereka berasal dari Afghanistan, Amerika
Serikat, Australia, Bangladesh, Belanda, Filipina, India, Malaysia,
Nigeria, Kanada, Kenya, Pakistan, Saudi Arabia, Singapura, Thailand,
serta para pengasuh pondok dan akademisi dalam negeri.
Tampil sebagai narasumber, Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag Abdurrahman Masud (mewakili Menag), Rektor IAIN Syekh Nurjati Sumanta, serta sejumlah aktivis perempuan dari berbagai Negara. Mereka adalah Zainah Anwar (Malaysia), Bushra Qadeem (Pakistan), Hatoon Al-Fasi (Saudi Arabia), Roya Rahmani (Afghanistan), Ulfat Hussein Masibo (Kenya), Rafatu Abdul Hamid (Nigeria), serta Badriyah Fayumi, Siti Ruhaini Dzuhayatin, dan Eka Srimulyani (Indonesia).
Para pembicara umumnya
memberikan apresiasi atas penyelenggaaan KUPI (Kongres Ulama Perempuan
Indonesia) ini. Ini merupakan langkah mulia dalam membangun peradaban
keumatan dan kemanusiaan yang asasi, papar Zainah Anwar di Cirebon,
Selasa (25/04).
Aktivis perempuan asal Malaysia ini memuji
keberhasilan Indonesia dalam menyeleraskan sejumlah kebijakan dan akses
yang terbuka bagi kalangan perempuan. Dia menilai, tidak ada perlakuan
kebijakan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. Ini
perlu diapresiasi setinggi-tingginya, ujarnya.
Bahkan, meski
persoalan radikalisasi agama masih ditemukan di Indonesia, namun Zainah
Anwar menilai kekokohan Islam Indonesia yang moderat akan mampu meredam
masalah itu.
Hal senada disampaikan pembicara lainnya. Secara
umum, mereka mengakui keunggulan Indonesia, pada saat di negara mereka
masing-masing masih menghadapi sejumlah kendala akses dan ketimpangan
baik secara kultural maupun kebijakan-negara antara perempuan dan
laki-laki. Mereka berharap ada kesempatan bagi para ulama perempuan di
negaranya untuk belajar kepada ulama-ulama perempuan di Indonesia.
Mereka
juga berharap semangat atau spirit Islam Indonesia yang memberi ruang
terhadap perempuan dan moderasi Islam ala Indonesia dapat dipromosikan
dan dikembangkan ke seluruh dunia yang lebih luas.
KUPI pertama ini akan berlangsung sampai 27 April mendatang. (suwendi/mkd/mkd)